Sabtu, 15 Oktober 2016

Apapun Alasannya, Penjualan Tanduk Badak Dianggap Ilegal


Seekor badak putih betina (kiri) merumput bersama badak jantan yang menjadi pasangannya sejak serangan pemburu liar di Provinsi KwaZulu-Natal, Afrika Selatan. Dengan helikopter, kelompok pemburu melacak betina ini dan plencingnya yang baru berusia empat minggu, menembaknya dengan panah pembius, lalu memotong culanya dengan gergaji mesin. (Brent Stirton)

Aktivis konservasi akhirnya dapat bernapas lega. Larangan penjualan tanduk badak lintas batas yang telah berlaku sejak tahun 1977 masih akan diterapkan. Hal ini kembali dibahas, setelah usulan negara Swaziland untuk melegalkan perdagangan tanduk badak diajukan pada konferensi perdagangan satwa liar di Afrika Selatan. Tetap diterapkannya peraturan ini berartib bahwa usulan telah ditolak.

Convention of the International Trade in Endangered Species (CITES) untuk satwa dan tumbuhan liar diadakan pada Rabu (3/10) di Johannasburg. Konvensi perdagangan satwa global ini terdiri dari 182 negara dan Uni Eropa. Perwakilan tiap negara melakukan konferensi selama dua minggu untuk menetapkan kebijakan perdagangan satwa liar internasional.

Pengajuan usulan ini disampaikan oleh Swaziland, yang memungkinkan negara untuk menjual tanduk badak putih ke melintasi perbatasan. Perwakilan negara kecil di selatan Afrika, Ted Reilly berpendapat bahwa penjualan akan menghasilkan uang yang sangat dibutuhkan untuk konservasi satwa liar.

"Kita semua tahu larangan tersebut tidak berhasil," kata Reilly.

Perwakilan negara diminta memberikan suara terhadap usulan tersebut. Sebanyak 26-100 total suara, hanya 17 orang yang abstain. Komite langsung menolak usulan tersebut.

Badak putih merupakan yang terbesar dari lima spesies badak lainnya. Saat ini hanya sekitar 20.400 badak putih tersisa, dua pertiga dari total populasi badak. Mereka ditemukan di hampir selusin negara-negara Afrika, di mana sejumlah 70 persen badak berada di Afrika Selatan.

Perburuan telah membuat hewan seberat 5.000 pon ini punah menjelang akhir abad ke-19, tetapi mereka berhasil pulih berkat upaya konservasi menakjubkan.

Sekarang hewan ini mulai terancam lagi. Semua orang mencari cara untuk menyelamatkan mereka. Para orang kaya baru di Vietnam dan China telah meningkatkan permintaan tanduk badak. Tahun lalu seorang pemburu menembaki dan membunuh lebih dari seribu badak tanpa ampun.

(K.N Rosandrani. Sumber : Jani Actman / nationalgeographic.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar