Sabtu, 20 Agustus 2016

Suling Dewa Bayang

Suling Dewa, kesenian tradisional asal Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini hanya digelar ketika musim kemarau melanda. Tradisi ini dihelat untuk memohon turunya hujan. Mengingat musim kemarau yang menghantui warga Lombok Utara secara khusus dan NTB secara umum, sepertinya ritual yang satu ini perlu diadakan dalam Pekan Apresiasi Budaya. Selama ini masyarakat Lombok memahami dan mengenal Bayan sebagai salah satu pusat peradaban tertua di Lombok. Banyak budaya dan seni tradisi hasil lokal genius leluhur yang masih dilakoni di ujung timur Kabupaten Lombok Utara. Salah satu kesenian tradisional Suling Dewa. Sejarah panjang mengiringi kelahiran kesenian yang satu ini. Tiupan seruling dewa ini diyakini masyarakat adat Bayan mampu menurunkan air langit untuk memberikan babak kehidupan yang baru di atas bumi. Kesenian ini lahir ketika wilayah Bayan dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Karena tak ada satu pun tanaman yang bisa tumbuh dan berkembang, otomatis mempengaruhi siklus kehidupan di Gumi Bayan. Bahaya kelaparan pun mengancam dimana-mana. Suara-suara bijak dari atas langit memberikan petunjuk demi kelangsungan hidup umat manusia. Salah seorang pemangku (tokoh yang dituakan,), diberikan petunjuk melalui suara, bukan petunjuk dari mimpi. Sang pemangku pun berkomunikasi tanpa bisa mengetahui siapa si pemilik suara. Dalam komunikasi yang terjalin antara pemangku dengan suara tersebut, sang pemangku kebingungan.Ia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kebingungannya, pemangku adat tadi diarahkan kembali untuk melakukan sebuah prosesi adat yang dinamakan mendewa. Maksudnya, untuk mengakhiri musim kemarau panjang ini. Hanya saja persoalan tidak bisa selesai sampai disana saja. Sang pemangku kebingungan mencari bahan-bahan untuk melakukan prosesi adat Mendewa. Karena keperluan ritual mendewa harus dilengkapi dengan sirih, pinang, lekoq buak (penginang), sementara kala itu musim kemarau tengah melanda.
Selanjutnya, wangsit itu kemudian mengarahkan agar pemangku bergegas menuju ke suatu tempat di tengah hutan Gunung Rinjani. Disana sudah tersedia keperluan yang dibutuhkan untuk melakukan prosesi ritual mendewa tersebut. ”Dalam dialog tersebut, ditegaskan segala prosesi tersebut harus dilaksanakan di Bale Beleq pada malam senin dan malam jumat. Selain itu, pemangku juga diperintahkan membuat suling dari bambu. Sebuah alat musik tiup yang merupakan satu-satunya alat yang dipakai untuk menghibur diri. Prosesi ini diawali dengan ditiupkannya seruling oleh Jero Gamel atau peniup suling. Ia lantas memainkan komposisi atau Gending Bao Daya. Bila diartikan, dalam bahasa Indonesia bao daya ini bermakna mendung di selatan. Di malam pertama prosesi ini dilangsungkan yaitu pada malam senin, hujan tak juga turun. Tapi ajaibnya, Gumi Bayan yang selama berbulan-bulan mengalami kekeringan, tib-tiba melihat awan gelap yang datang berarak-arak menyelimuti langit Bayan. Pada malam jumat, dimana prosesi kedua dari ritus ini dilangsungkan, hujan hampir-hampir saja mengguyur Gumi Bayan. Hanya saja, hujan yang diharapkan tak kunjung jua turun membasahi tanah. Suara bijaksana tersebut kembali datang menyapa Pemangku, agar tetap melaksanakan ritual tersebut. Akhirnya rintik hujan yang dinanti selama ini, turun dari langit dengan derasnya pada pelaksanaan ketiga, atau tepatnya di malam senin. Tetesan air tercurah ke bumi terjadi sesaat setelah alunan Gending Bao Daya dimainkan Jero Gamel dengan tiupan serulingnya. Kehidupan pun kembali pulih. Semua orang tersenyum menatap datangnya hujan yang membawa pengharapan baru diatas muka bumi. Atas keajaiban tersebut, suling Bao Daya yang selama ini dikenal oleh masyarakat Bayan pun berganti nama menjadi Suling Dewa. Nama ini diberikan atau ditasbihkan masyarakat karena keajaiban yang dihasilkan melalui tiupannya. Dalam memainkan gending Bao Daya ini, ada dua unsur yang harus ada. Yakni, Jero Gamel atau peniup seruling dan Jero Gending atau sosok Sinden dalam kebudayaan Jawa. Selain komposisi Bao Daya, masyarakat Bayan juga mempunyai beberapa komposisi lainnya. Seperti, komposisi Putri Cina, Lembuneng Meloang, dan Lokok Sebie.
Menariknya lagi, alat musik tiup ini memiliki sebuah pemahaman filosofis yang begitu mendasar dan mulia. Alat musik seruling ini menggambarkan wujud manusia, dimana bila seruling ini tidak diberikan hembusan nafas, maka tidak akan menghasilkan nada-nada indah. Begitu juga dengan manusia, bila raga tanpa atma atau roh, tentu tidak akan ada kehidupan. Didalam alat musik seruling, di ujung atas terdapat rongga yang akan ditiup yang dinamakan Slepers. Rongga inilah yang berfungsi sebagai tempat untuk menghembuskan nafas penghasil nada. Di badan seruling tersebut, terdapat enam lubang yang disebut pengatep untuk memainkan tangga nada. Pengatep dengan enam lubang ini sebagai simbol indra yang dimiliki manusia. Suling dewa yang tidak diketahui usianya ini, hingga kini masih dikeramatkan sebagian masyarakat adat Lombok Utara. Tidak boleh diletakkan sembarangan, dan juga tidak boleh dimainkan secara semabarangan pula. Dimainkan pada saat-sata tertentu, seperti pada saat prosesi adat Gawe Alif, musim kemarau, atau selametan desa. Untuk memainkan Suling Dewa, harus melalui prosesi adat terlebih dahulu. Jenis perlengkapannya pun sudah merupakan ketentuan mutlak. Yakni berupa kepeng (uang) bolong sebanyak 44 buah, lekoq buaq, bantal, kemenyan, nyiur gading, dan bunga harus disiapkan terlebih dahulu. tidak itu saja, sebagian masyarakat Bayan juga meyakini seruling ini sebagai media pengobatan. Bila dipakai sebagai media pengobatan, peniup seruling pun akan mengalami kedewan atau kesurupan. Bila sudah mengalami Kedewan ini, pihak yang sakit pun dipersilahkan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya. Selanjutnya, pasien akan diberikan jalan keluar penyelesaian masalah yang dihadapinya. Dikutip dari Maspanji Sangaji Samaguna

Rabu, 17 Agustus 2016

Rebo Bontong

Upacara Rebo bontong dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala (bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.

Bau Nyale

Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika. Karena kecantikannya itu para Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali. Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti santapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing

Taman Mayure

Tempat wisata di lombok barat ini memiliki jarak sekitar beberapa meter saja dari pusat perbelanjaan Kota Mataram. Tempat wisata ini juga dinilai sebagai tempat wisata yang kaya akan seni, budaya dan juga sejarah. Semua sejarah kerajaan Hindu seolah terekam di tempat wisata ini. Kerajaan Hindu berjaya di pulu Lombok sekitar beberapa abad silam. Dilihat dari namanya, Taman Mayura bisa diibaratkan sebagai taman burung merak. Mayura berarti burung merak. Pemberian nama tersebut erat kaitannya dengan sejarah berdirinya taman tersebut. Sebelum dibangun  taman, dahulunya tempat tersebut adalah hutan lebat yang memiliki banhyak ular berbisa dan sangat berbahaya. Karena hal tersebut banyak raja memiliki rencana untuk meminta sahabatnya yang berasal dari Pakistan untuk mengusir ular-ular tersbut. Orang Pakistan yang dimintai pertolongan sang raja memutuskan untuk mengusir ular-ular tersebut menggunakan burung merak. Karena itulah tempat wisata ini diberi nama Taman Mayura yang artinya taman burung merak. Seperti yang dikutip dari Initempatwisata.
Ketika wisatawan mengunjungi lokasi wisata ini, hingar bingar seperti kota besar tidak akan dirasakan disini. Yang akan  ditemui wisatawan justru sebaliknya yaitu berupa kesan damai, tenang dan asri. Suasana sejuh, hijau dan sangat alami akan dirasakan oleh wisatawan yang berkunjung ke sini. Tidak hanya itu saja namun juga akan berjumpa dengan kolam yang berukuran besar.

Taman Narmada

Dikutip dari Initempatwisata,Taman Narmada merupakan salah satu  tempat wisata di lombok barat yang juga menarik untuk dikunjungi hal ini dikarenakan lokasi wisatanya yang unik dan antik. Letak lokasi tempat wisata ini sekitar 10 km dari arah timur ibukota Nusa Tenggara Barat Mataram.  Tempat wisata ini meniru dari gunung Rinjani.  Pada wal abad ke 19 raja yang bernama Raja Anak Agung  membuat persembahyangan bernama Pura Suci Narmada. Setiap melakukan persembahyangan di Pura Suci Narmada dipimpin oleh seorang pendeta sehingga ketika melakukan sembahyang tidak perlu langsung ke Gunung Rinjani melainkan hanya di pura tersebut saja.
Pada saat ini taman tersbut terbuka untuk umum, sehingga banyak wisatawan yang memanfaatkannya untuk rekerasi bersama teman, sahabat maupun keluarga. Taman Narmada selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan pada saat weekend dan musim liburan tiba.  Di dalam taman tersebut terdapat mata air, menurut sejarahnya mata air tersebut dipercaya berguna untuk membuat seseorang yang membasuh muka di mata air tersebut awet muda dan panjang umur, bahkan mata air tersebut disebut dengan mata air awet muda. Asal usul taman narmada adalah taman yang pada jaman dahulu digunakan sebagai tempat beristirahat dan mandi bagi keluarga raja.  Di taman ini memiliki kolam renang dan pura Hindu

Pantai Senggigi

Dikutip dari Initempat Wisata. Pantai Senggigi merupakan salah satu tempat wisata di lombok barat yang begitu terkenal, tidak hanya di dalam negeri tapi di luar negeri juga terkenal. Letak pantai tersebut tidak jauh dari ibukota Nusa Tenggara Barat yaitu Mataram.  Jarak pantai ini dari bandara Ampenan akan memakan waktu selama setengah jam perjalanan.  Pantai ini memiliki nuansa laut yang sangat indah. Hamparan pasir putih yang indah dio sepanjang pantai membuat pantai ini semakin menawan. Warna lautnya yang biru dan batu karang yang dangkal membuat pantai ini menarik wisatawan untuk bermain dengan air lautnya.
Di sepanjang Pantai Senggigi ini banyak berdiri hotel berkelas dan berbintang. Sehingga wisatawan tidak perlu bingung untuk mencari tempat tinggal selama berwisata ke sini.  Tidak hanya hotel berbintang dan berkelas saja yang ada di sini namun hotel dengan kelas ekonomi pun ada. Sehingga wisatawan bisa memilih di hotel mana dia mau menginap. Pantai Senggigi luasnya memang tidak seluas dengan Pantai Kuta Bali namun ketika banyak wisatawan ke sini banyak wisatawan yang akan mengira nuansa di Pantai Senggigi seperti Kuta Bali.  Pantai di sini juga sangat asri dan sejuk.  Hal negatif ketika berada di pantai ini adalah kebersihan pantainya yang kurang terawat dan terjaga kebersihannya.
Untuk membuat suasana yang asri dan bersih tidak hanya dibuat oleh penjaga pantai dan masyarakat sekitar saja, namun pihak wisatawan juga memiliki andil yang besar untuk menciptakan suasana yang asri dan bersih. Jika tidak ada sampah yang berserakan tentunya membuat pemandangan dan suasana pantai semakin terawat dan terjaga. Tidak hanya menikmati dari pinggir pantainya saja, namun wisatawan da[at memanjakan diri dengan melakukan snorkling disebabkan ombaknya tidak terlalu besar dan ombaknya yang tenang.
Wisata bawah lautnya juga akan memanjakan wisatawan dikarenakan banyak terumbu karang dan hewan laut berada di bawah laut. Ombak besar juga ada namun karena terumbu karang yang besar berada di tengah laut maka hal tersebut yang menyebabkan ombak besar akan pecah di tengah laut dan menghantam batu karang tersebut.  Pantai ini menghadpa ke bagian selat Lombok. Selat ini akan menghubungkan pulau Lombok dengan Pulau Balu. Kontur pasir  Senggigi tergolong landai.  Sehingga tidak akan membahayakan wisatawan yang ingin bermain-main di sepanjang pantai.  Pantai Senggigi sangat eksotis dikarenakan pohon-pohon kelapa yang begitu banyak karena panoramanya begitu bagus, sunsetnya pun juga sangat bagus apabila dilihat dari pantai Senggigi

Pantai Kuta Lombok


Ini bukanlah pantai Kuta yang ada di Bali, melainkan sebuah pantai indah yang terletak di arah selatan Pulau Lombok. Pantai Kuta Lombok adalah salah satu dari sejumlah tempat menarik di Lombok yang menawan.

Secara geografis kawasan pantai ini dikelilingi oleh alam perbukitan. Selain itu, Pantai Kuta Lombok memiliki pasir pantai yang putih dan secara umum belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Jangan heran jika pantai ini terasa sepi manakala Anda mengunjunginya.


Pantai Kuta di Lombok secara administratif berada di Desa Kuta, lokasinya tak jauh dari Bandara Internasional Lombok. Rute perjalanan ke Pantai Kuta Lombok jika ditempuh dari Senggigi akan memakan waktu kurang lebih 1.5 jam. Anda akan melewati Kota Mataram jika mengambil rute perjalanan Senggigi – Pantai Kuta.