Kegembiraan bisa ditemukan di mana pun, ketika kita benar-benar melepaskan semua belenggu: ketakutan-ketakutan, ego, ingatan menyakitkan di masa lalu, dan kekhawatiran akan masa depan. Perjalanan merupakan momen yang tepat untuk melakukannya, sekaligus menjadi kesempatan kita untuk melangkah keluar dari zona nyaman, mengeksplorasi pendekatan-pendekatan baru dalam hidup, dan membentuk kebiasaan-kebiasaan baru. Bagaimana cara menembus batas-batas kemampuan kita agar benar-benar terlepas dari belenggu selama melakukan perjalanan dan menumbuhkan lebih banyak kegembiraan yang tetap bertahan meski kita telah kembali ke rumah? Sean O’Connor, pelatih kepemimpinan dan kehidupan yang juga mencintai perjalanan, berbagi tipsnya untuk kita semua.
Hanyutkan diri Anda dalam Musik
Musik selalu berhasil menghidupkan suasana dan membuat kita rileks.O’Connor menceritakan pengalamannya ketika berlibur musim panas ke Taveuni di Fiji. Ia mengenakan sulu—sejenis sarung yang biasa dipakai penduduk setempat—dan menari bersama mereka sepanjang malam. Ia menari dengan siapa saja, menggoyangkan pinggulnya hingga sulu yang ia kenakan melorot. Keringatnya bercucuran dan merasa sedikit tidak nyaman, tetapi ia akhirnya menjadi akrab dengan penduduk setempat. “Tentu saja saya terlihat menggelikan waktu itu. Ego saya mengatakan saya harus berhenti. Tapi yang paling istimewa adalah ketika kita dapat mengalahkan ketidaknyamanan atau rasa malu untuk benar-benar meleburkan diri dalam momen tersebut,” katanya.
Jalin hubungan akrab dengan orang-orang baru
Bangunlah hubungan pertemanan yang benar-benar dalam dan akrab dengan orang-orang yang baru anda temui selama perjalanan. Pelajari tentang mereka sebanyak mungkin, dan jangan enggan bercerita tentang diri kita sendiri. Bahasa yang berbeda bukanlah sebuah penghalang. Akan selalu ada cara untuk berkomunikasi, baik dengan penerjemah, atau dengan cara-cara lain, tak harus bahasa verbal. Jangan lewatkan kesempatan ini, sebab mereka bisa menjadi pintu bagi kita untuk menemukan sesuatu yang benar-benar unik. Menjalin hubungan pertemanan yang akrab dengan orang-orang yang kita temui selama perjalanan juga akan memperluas dan memperdalam rasa empati kita. Hal ini, pada saatnya, akan membuat kita lebih baik dan tulus dalam hubungan keluarga, pasangan bahkan dengan rekan-rekan kerja.
Menolong orang lain
Dalam perjalanan keluar dari ...Dalam perjalanan keluar dari Timor Portugis, Helen dan Frank menunggu selama tiga hari sampai hujan reda, namun arus masih begitu kuat. Butuh bantuan para lelaki untuk menyelamatkan mereka dari hantaman batuan yang tak terlihat. Baca kisah sepasang penjelajah asal Amerika yang berkeliling Nusantara di majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2014. (Helen dan Frank Schreider) Ketika berlibur ke pesisir Mozambik, kawan-kawan seperjalanan O’Connor berencana pergi menyelam. O’Connor, tidak dapat ikut serta dengan mereka karena Ia lupa membawa sertifikat penyelamnya. Akhirnya, ia berkendara keliling kota dengan mobil sewaan. Di perjalanan, ia menawarkan tumpangan kepada seorang penduduk lokal yang berjalan kaki. Ia memutuskan menghabiskan waktunya hari itu untuk membantu penduduk tersebut. “Menghabiskan waktu sehari penuh untuk menyelami kehidupan lokal dan membantu penduduk setempat membantu saya melepaskan ego. Entah itu menjadi sukarelawan formal atau melakukannya secara spontan, membantu orang lain akan membuka akses ke tingkatan kegembiraan yang lebih dalam pada diri kita,” ungkapnya. Kita mungkin sudah biasa membantu anggota keluarga atau rekan kantor. Kita bisa mencoba membantu orang lain yang baru dikenal ketika traveling, dan memulai kebiasaan baik ini.
Keluar dari zona nyaman
Ilustrasi travellingIlustrasi travelling (Thinkstock.com) Secara alami, kita sebagai manusia cenderung memilih kenyamanan untuk bertahan hidup. Kita menghindari hal-hal yang tidak kita ketahui. Sekali-kali dalam perjalanan, cobalah untuk mengalami rasanya melangkah ke dalam ketidaktahuan. Misalnya dengan tidak membuat itinerari perjalanan. Tidak memiliki rencana memang membuat kebanyakan orang merasa sedikit cemas. Tetapi dengan begitu, kita akan bisa meningkatkan kemampuan kita dalam berdamai dengan situasi di luar kendali kita, mengatasi kecemasan dan menciptakan lebih banyak ruang bagi kegembiraan. Area di luar zona nyaman kita merupakan tempat kita menemukan hal-hal baru tentang diri kita sendiri, tempat kita tumbuh dan berkembang. Tantang diri Anda selama perjalanan, lalu coba lakukan di rumah.
Libatkan semua indera
Perjalanan merupakan kesempatan terbaik untuk melatih seluruh indera kita agar menjadi diri kita seutuhnya. Rutinitas hidup seringkali membuat kita lupa di mana kaki kita berpijak saat ini. Seringkali kita tenggelam dalam penyesalan-penyesalan masa lalu, atau kekhawatiran-kekhawatiran di masa depan. Hiduplah di masa kini. Enyahkan segala pikiran yang mengganggu tentang masa lalu dan masa depan. Anda akan merasa tenang, memiliki kesadaran penuh dan berpikiran jernih. Ingatlah, di dalam pikiran yang jernih, kegembiraan memiliki ruang untuk berkembang di dalam dan di luar diri kita. Berburu makanan dan kisah di baliknya Makanan merupakan pokok budaya. Semua tempat yang kita kunjungi memiliki kisah tentang makanan dan hal-hal yang membuat tempat itu unik dari sudut pandang kuliner. Makanan merupakan salah satu jalan bagi kita untuk mengenal lebih jauh tentang tradisi dan kebiasaan suatu daerah. Rasa ingin tahu dan belajar hal baru dapat merangsang kreativitas otak, yang akan melahirkan kegembiraan. Mulai dari diri sendiri Kegembiraan maupun kesedihan, semuanya bersumber dari diri kita sendiri. Kitalah yang memegang kendali untuk mengolah semua hal-hal dalam hidup kita menjadi kegembiraan atau kesedihan. Ketika melakukan perjalanan, inilah saatnya untuk menguji diri sendiri untuk menghadapi hal-hal yang menghalangi kegembiraan kita. Sebab, kegembiraan merupakan kepuasan mendalam dan merupakan bagian penting dari kebahagiaan yang seharusnya bisa Anda rasakan bahkan di situasi tersulit sekali pun. Kegembiraan merupakan sesuatu yang bisa kita kelola sepenuhnya, jadi manfaatkan agenda perjalanan Anda selanjutnya dan bersiaplah berbagi anugerah dengan orang lain. (Lutfi Fauziah/Sean O'Connor/www.nationalgeographic.com)(Sujan Sarkar/National Geographic Your Shot)