Jumat, 23 September 2016

Gili Meno terpilih sebagai pantai terbaik di Indonesia

Wisatakelombok.com. Kembali prestasi manis diraih Pariwisata Lombok. Dalam ajang penghargaan Traveler’s Choice 2016 yang diadakan oleh situs perjalanan TripAdvisor.com, 4 Pantai di Lombok masuk menjadi nominasi dan Gili Meno yang terbaik.

Pada tahun 2015, TripAdvisor mengumumkan Pantai Nusa Dua di Bali sebagai pantai terbaik di Indonesia. Namun, pada tahun ini, Pantai Nusa Dua berada di peringkat ketiga. Penghargaan ini diberikan kepada pantai-pantai terbaik di dunia, termasuk pantai di Asia, Afrika, Karibia, Eropa, Amerika Selatan, Samudera Pasifik, Inggris dan Amerika.

Pantai-pantai pemenang penghargaan “Travellers’ Choice” ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitas ulasan dan rating dari wisatawan mengenai pantai-pantai di TripAdvisor yang dikumpulkan dalam periode 12 bulan.

Berikut daftar 10 peringkat pantai terbaik di Indonesia pada tahun 2016 seperti dikutip dari situs TripAdvisor. Kerennya, 4 Pantai di Lombok masuk sebagai 10 Nominasi terbaik
1. Pantai Gili Meno, Nusa Tenggara Barat
2. Pantai Balangan, Bali
3. Pantai Nusa Dua, Bali
4. Pantai Selong Blanak, Nusa Tenggara Barat
5. Pantai Geger, Nusa Dua, Bali
6. Pantai Mawun, Lombok
7. Pantai Jemeluk, Amed, Bali
8. Pantai Bingin, Pecatu, Bali
9. Pantai Tanjung Aan, Nusa Tenggara Barat
10.Pantai Tanjung Tinggi, Kepulauan Bangka Belitung

Selain peringkat pantai terbaik di Indonesia, TripAdvisor juga merilis daftar 10 peringkat pantai terbaik di dunia. Pantai Grace Bay di Providenciales, Turks and Caicos menduduki peringkat pertama. Tentunya ajang penghargaan yang rutin dilakukan oleh TripAdvisor ini sangat membantu untuk meningkatkan rating dari nominator apalagi yang terpilih menjadi yang terbaik. Semoga Pariwisata Lombok semakin berkembang dan terus berbenah agar selalu menjadi pilihan favorit para pelancong untuk berwisata ke Lombok.

Pelabuhan Kayangan Lombok Timur

Saat ini banyak objek wisata Lombok baru yang ada dipulau yang terkenal dengan pulau seribu masjid ini. Baru berkunjung ke tempat wisata satu,sudah muncul lagi tempat wisata baru lainnya. Lombok tidak berhentinya memberikan kepuasan lahiriah bagi para wisatawan yang datang berkunjung. Lombok dengan desa dan pantai-pantai tersembunyinya, tetapi juga dengan jalan, tata kota, dan panorama pelabuhannnya. 

Yang namanya pelabuhan tentu saja merupakan suatu tempat yang dirancang khusus sehingga terlindung terhadap gelombang ataupun arus yang sudah dilengkapi dengan fasilitas terminal laut yang meliputi dermaga yang merupakan tempat kapal untuk melakukan bongkar muat barang.

Akan tetapi berbeda dengan yang satu ini, pelabuhan Kayangan berada di kabupaten Lombok Timur, tepatnya di Pringgabaya, Nusa Tenggara Barat. Pelabuhan ini merupakan penghubung antara dua pulau, yaitu pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan laut Lombok yang berada di sisi timur, berbeda dengan pelabuhan lembar yang berada di sisi barat pulau Lombok. Melalui pelabuhan ini bisa menyebrang ke pulau-pulau timur Lombok terutama tetangga Lombok yang menyimpan potensi wisata dan alam yang kaya, yaitu pulau Sumbawa.

Tidak hanya dimanfaatkan sebagai tempat Pelabuhan saja, akan tetapi sebenarnya kayangan menyajikan pemandangan indah yang dapat dilihat dari sisi manapun. Pelabuhan kayangan memiliki pantai yang amat indah dan dekat dengan salah satu bukit yang akhir-akhir ini menjadi tujuan tempat wisata, terkenal dengan “bukit sampoerna”. Bukit sampoerna adalah dataran tinggi yang dekat dengan pelabuhan kayangan, tentu saja masih terletak di Lombok timur. Dari bukit sampoerna terlihat pantai kayangan dengan pemandangan alam yang luar biasa. Hamparan langit biru diterpa cahaya matahari yang turun ke pantai memberikan efek cahaya yang sungguh indah bila dilihat dari bukit ini.

Pantai dengan pasir hitam yang mempunyai ciri khas dengan “bukit sampoerna” ini tidak berbeda dengan pantai-pantai lainnya yang ada di Lombok. Disini para pengunjung bisa menikmati keindahan pantainya dibawah pepohonan kelapa yang berjejer di sekitaran pinggir pantai.

Pelabuhan kayangan di saat pagi, tenang seperti berada di “kayangan”. Kapal terlihat datang dan pergi di pelabuhan kayangan. Kalau pada pagi hari, ombaknya lebih tenang dan bisa digunakan sebagai tempat untuk memancing. Pada pagi hari, kita bisa menikmati cuaca yang bersahabat sambil melihat keindahan pelabuhan kayangan. Pada saat kapal merapat di pelabuhan kayangan, barisan motor, mobil dan truk teratur satu persatu keluar untuk memulai kegiatannya masing-masing di pulau Lombok.

Lombok timur adalah daerah yang kaya akan destinasi wisata yang tidak pernah anda temukan ditempat lain. Lombok timur menjadi tujuan wisata yang tepat bagi anda. Jangan ngaku pencinta travelling kalau belum ke Lombok, khususnya di Lombok timur.

Sumber foto: Amoes Ccn

Sejarah Kosmetik Kuno yang Mengandung Racun

Indonesiageographic.com. Sejak dahulu, alat-alat kosmetik tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari para wanita. Jika sekarang kita mudah menemukan produk kosmetik yang berbahan alami dan aman untuk kulit, pada masa lampau sebagian besar produk kosmetik terbuat dari bahan-bahan berbahaya.
Berikut ini beberapa contoh kosmetik kuno dengan bahan berbahaya dari penjuru dunia:
Mesir
Cleopatra dikenal sebagai lambang kecantikan wanita Mesir kuno. Ia selalu tampil denganeyeliner tebal. Tetapi sebenarnya, dia bukanlah satu-satunya wanita Mesir kuno dengan riasan wajah yang khas.
Cleopatra VII merupakan ratu ...Cleopatra VII merupakan ratu Mesir kuno, anggota terakhir dinasti Ptolemeus. Walaupun banyak ratu Mesir lain yang menggunakan namanya, dialah yang dikenal secara umum dengan nama Cleopatra. (Wikimedia Commons)
Pada masa itu, semua lelaki dan wanita Mesir merias mata mereka dengan bedak hitam dan hijau. Selain menjaga mata dari matahari, riasan ini dipercaya dapat melindungi penggunanya dari penyakit.
Mungkin keyakinan tersebut memang benar. Pasalnya, cat kelopak mata yang mereka kenakan mengandung garam timbal (timah hitam). Pada 2010, peneliti Prancis berpendapat bahwa garam timbal ini meningkatkan produksi nitrat oksida pada pemakainya, sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi mata.
Meski begitu, bukan berarti Anda harus mengikuti gaya Cleopatra dan merias kelopak mata Anda dengan eyeliner yang mengandung timbal. Di masa kuno, kebanyakan orang Mesir tak hidup lebih dari 30 tahun, sebab kontak terlalu lama dengan timbal dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Inggris
Para wanita di Kekaisaran Roma menggunakan riasan yang mengandung timbal untuk memutihkan wajah mereka. Pada abad ke-16 Masehi, para bangsawan Inggris melakukan hal serupa. Salah satu tokoh terkenal yang menggunakan riasan bertimbal ialah Ratu Elizabeth I.
Ratu Elizabeth I memerintah ...Ratu Elizabeth I memerintah Kerajaan Inggris dan Irlandia dari 17 November 1558 hingga kematiannya. Ia kadang-kadang dijuluki "The Virgin Queen" (Ratu Perawan), karena tak pernah menikah dan memiliki keturunan. Ini adalah potret Ratu Elizabeth I ketika masih menjadi Putri Raja. (Wartburg.edu via Wikimedia Commons)
Ia menggunakan campuran timbal dan cuka yang dikenal sebagai bedak Venetian, atau ruh Saturnus, untuk menyembunyikan luka bekas cacarnya.
Meski melembutkan kulit dari hari ke hari, namun lama kelamaan, bedak tersebut menyebabkan kulit kehilangan warnanya, kerontokan rambut, dan gigi yang membusuk.
Amerika Serikat
Di akhir abad ke-19 Masehi, surat kabar di Amerika Serikat banyak yang mengiklankan wafer mengandung timah.
Dalam iklan itu, dijanjikan bahwa jika mengkonsumsi wafer tersebut, bintik-bintik, jerawat, dan noda pada wajah akan hilang. Produk ini mengandung racun, tetapi itu bukanlah rahasia, sebab tertulis di kemasannya, “Wafer Mengandung Arsenik”.
Arsenik dikenal sebagai zat beracun selama era Victoria, tetapi mungkin sebagian wanita pada masa itu menganggap, mengkonsumsi sedikit arsenik tidak akan berbahaya. Meskipun jumlah kecil arsenik dapat ditolerir oleh tubuh, mengkonsumsinya tetap beresiko, kecuali Anda benar-benar menginginkan berpenampilan putih dan pucat seperti mayat.
Kendati sebagian besar produk kecantikan yang tersedia saat ini menggunakan bahan-bahan yang lebih aman dan diproses dengan teknologi modern, masih banyak produk kosmetik yang menjanjikan kecantikan instan, ternyata mengandung bahan-bahan berbahaya.
Jadi, para wanita, berhati-hatilah memilih produk kosmetik. Kecantikan buatan tak sebanding dengan harga nyawa Anda. 

(Lutfi Fauziah. Sumber: Becky Little/nationalgeographic.com)

Dukungan dari Wardah sebagai official make up dan Hair do Indonesia Fashion Week 2016

Indonesiafashionweek.idSebagai event mode yang besar, Indonesia Fashion Week 2016 mendapatkan dukungan dari Wardah sebagai official make up dan Hair do Indonesia Fashion Week 2016 yang akan merias dan menata rambut seluruh model yang terlibat dalam event ini. Wardah juga mempersembahkan fashion show karya designer-designer seperti, Ria Miranda, Zaskia Sungkar, Barly Asmara, Dian Pelangi dan Mel Ahyar.




3 Langkah Membuat Lip Balm untuk Musim Hujan

Okezone.com. MUSIM hujan seperti saat ini akan berdampak buruk untuk kelembapan kulit bibir. Dikarenakan, saat hujan dan dingin bibir akan mudah untuk kering. Nah, untuk mengatasinya Anda harus sering memakai lip balm yang bersifat melembapkan kulit bibir. Namun, hindari pemakaian lip bal yang mengandung pewangi. Oleh karena itu, agar lip balm aman untuk bibir Anda lebih baik membuatnya sendiri di rumah. Berikut resepnya, seperti dikutip dari thehealthsite, Jumat (23/9/2016). 

Petroleum jelly lip balm Ambilan dua scoop petroleum jelly, kemudian masukan ke dalam mangkuk dan panaskan di microwave. Untuk menambah rasa, tambahkan air stroberi atau jeruk ke dalam jelly. Kemudian, panaskan campuran selama semenit, masukan lip balm di botol krim. Madu, minyak kelapa, dan minyak essensial. Ambilkan 1 sdm minyak kelapa, madu, dan minyak essensial/ Kemudian, masukan beeswax yang sudah dicairkan dan campurkan. Oleskan di saat sudah dingin. Lemon lip balm Cairkan 1 sdm beeswax ke dalam panci panas. kemudian masukan 2 sdm minyak zaitun, minyak kelapa, dan 5 tetes air lemon. Campurkan semuanya dalam suhu panas sedang. Diamkan hingga dingin kemudian oleskan.

Ini Tantangan Desainer di Indonesia Fashion Week 2016

Okezone.com. PEKAN mode Indonesia Fashion Week (IFW) 2016 telah dibuka. Perhelatan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini digelar di Jakarta Convention Center, Jakarta, mulai 10-13 Maret 2016. Di IFW tahun ini, tema yang diambil bertajuk “Reflection of Culture”. “Reflection of Culture” mencerminkan warisan kebudayaan Indonesia yang sangat kaya. Menurut Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, tema yang diangkat tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para perancang mode. "IFW tahun ini mengangkat ekspresi budaya, tentu ini menjadi suatu tantangan bagi para desainer untuk merancang sebuah karya dengan mengangkat nilai-nilai Indonesia," tutur AA Gede Ngurah Puspayoga, dalam sambutan di pembukaan IFW 2016, JCC, Senayan, Kamis (10/3/2016). Puspayoga juga menambahkan, dengan mengangkat nilai-nilai lokal Indonesia, dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen internasional. "Jangan sampai negara luar menyerbu fesyen Indonesia. Adanya desainer kreatif yang mengangkat nilai lokal Indonesia dapat membuat Indonesia menjadi pusat fesyen internasional," tutupnya. Perhelatan IFW 2016 dimeriahkan oleh 32 slot fashion show, 470 label fesyen untuk pameran dagang, 164 booth busana Muslim, 187 model, ratusan desainer baik dari dalam maupun luar negeri, hingga presentasi busana yang mencapai 1.746 outfit. IFW tahun ini juga mempersembahkan fashion show di dua stage. Stage pertama terletak di Plenary Hall sebagai terbesar atau main stage yang memiliki enam slot fashion show. Sementara di stage kedua, dengan ukuran panggung yang lebih kecil atau mini stage mempersembahkan empat slot fashion show.

Kamis, 22 September 2016

Songket Khas Lombok

2
Cipikastoried. Jika di Banyumulek adalah sentra pembuatan gerabah, Sukarara adalah sentra pembuatan kain tenun atau yang lebih sering disebut sebagai songket. Berburulah oleh-oleh kain songket khas Lombok sepuasnya di sini. Songket adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang, hiasan dibuat dengan menyisipkan benang perak, emas, atau benang warna diatas benang lungsi. Terkadang ada juga yang memasang manik-manik, kerang, atau uang logam sebagai hiasan tambahan.
Sukarara adalah nama sebuah desa sekitar 15 menit dari selatan Kota Mataram, tepatnya berada di kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Desa ini berpopulasi sekitar 150 kepala keluarga yang semuanya memiliki alat tenun tradisional. Karena menggunakan alat penenun yang tradisional maka kemampuan produksi mereka tidak terlalu banyak. Proses pembuatan kain songket memakan waktu lama. Setidaknya membutuhkan waktu 1 bulan untuk menghasilkan 1 lembar kain dengan lebar 1,2 meter dan panjang 2 meter. Tingkat kerumitan dan motifnya menentukan harga kain yang rata-rata berkisar antara Rp. 100 ribu hingga Rp. 5 juta perlembar.
Kain songket yang dihasilkan tidak hanya digunakan untuk pakaian namun juga mempunyai fungsi dekoratif sebagai pelengkap ornamen interior rumah. Songket Sukarara memiliki ciri khas dengan pola tradisional timur dan penggunaan benang songket emas. Pola dan pewarnaan yang digunakan oleh wanita-wanita Desa Sukarara merupakan nilai yang diberikan turun temurun dan lestari generasi sebelumnya. Biasanya keahlian menenun didapatkan dari ibu yang diwariskan ke anak perempuan. Begitu seterusnya sehingga tak ayal lagi motif dan warnanya terjaga sekaligus menjadi ciri khas songket Lombok.
3Menenun kain songket menjadi kebutuhan utama warga Lombok khususnya Desa Sukarara karena dalam pesta pernikahan perempuan wajib memberikan kain tenun buatan sendiri kepada pasangan. Kepercayaan masyarakat setempat adalah perempuan yang tidak bisa menenun akan kesulitan mendapatkan jodoh. Bahkan ada semacam peraturan, wanita yang belum bisa menenun dilarang menikah. Kegiatan menenun dilakukan oleh wanita sembari menunggu para suami mereka pulang bertani dari ladang.
Daya tarik desa ini tidak hanya dari hasil home industry-nya yang menawan. Atraksi pada wanita dalam menggerakan alat tenun tradisional diminati oleh wisatawan domestik maupun asing. Para wanita dengan pakaian adat Sasak ini selalu siap mendemonstrasikan keahlian mereka. Pembuatan kain tenun dengan cara tradisional adalah dengan mempersiapkan pembuatan benang pakan serta pembuatan zat warna. Pebuatan benang secara tradisional menggunakan pemberat yang diputar dengan jari tangan. Pemberat tersebut berbentuk seperti gasing yang terbuat dari kayu atau terakota. Bahan membuat benar selain kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas dan daun palem. Pembuatan zat warnanya terdiri dari 2 warna yakni biru dan merah. Warna biru didapatkan dari indigo atau mengkudu. Motif kain songket Lombok bermacam-macam, ada motif ayam, motif kembang delapan, motif kembang empat. Masing-masing motif punya makna sendiri.
Desa Sukarara juga memproduksi tenun ikat. Bahan tenun ikat sangat sederhana yakni terbuat dari bahan katun. Waktu produksi tenun ikat tidak selama tenun songket. Cukup satu hari, pengrajin Sukarara mampu menghasilkan tenun ikat sepanjang 3 meter. Harga tenun ikat bervariasi tergantung bahan pewarna kainnya. Jika berasal dari pewarna kimia, dibanderol dari harga Rp. 100 ribu sedangkan jika dari pewarna alami berharga mulai Rp. 150 ribu.
Ya, selain menarik, Sukarara juga menjadi destinasi utama bagi wisatawan yang ingin membelikan oleh-oleh kain songket dan tenun ikat untuk kerabat di rumah. Di sepanjang jalan desa ini banyak sekali toko-toko yang menjual kain songket. Anda bebas memilih mencari motif dan warna yang paling menarik. Bagi Anda yang ingin mengunjungi Sukarara, sebaiknya menyewa kendaraan karena angkutan umum jarang ditemui.

Desa Tenun Sukarare


Indonesiananelok.com. Di kabupaten Lombok tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat desa unik bernama Sukerare. Selain menyuguhkan pemandangan alam khas pulau Lombok, desa ini juga memiliki tradisi menenun yang masih dipertahankan masyarakatnya secara turun temurun hingga saat ini.

Kain tenun memang menjadi daya tarik utama dari desa wisata ini. Kain tenun yang dihasilkan oleh para penenun setempat bukan sekedar keterampilan turun temurun saja, keterampilan ini juga berfungsi sebagai falsafah hidup dan bagian adat istiadat warga desa.

Sebagai contoh, setiap gadis Sukerare harus bisa menenun, jika tidak mereka tidak boleh menikah. Jika ada yang melanggar hal tersebut, maka keluarga dan mempelai yang bersangkutan harus menerima sanksi adat yakni membayar denda kepada seluruh penduduk desa. Sanksi tersebut berupa denda satu kilogram beras.

Sekilas, denda tersebut memang terdengar sepele, namun satu kilogram beras tersebut harus dibagikan kepada setiap kepala keluarga yang tinggal di desa itu. Karena mata pencaharian utama warga desa adalah bertani, dan kehidupan mereka cukup pas-pasan, maka hal tersebut dipandang memberatkan sehingga banyak keluarga yang memilih menghindari sanksi tersebut dengan cara mengajarkan kebiasaan menenun kepada anak gadis mereka sejak dini.

Tetebatu Lombok Timur

 
Jajarkarang.com. Udara bersih, kesegaran air, sawah hijau dengan latar Gunung Rinjani, keramahan warga membuat siapapun yang pernah ke Tetebatu ingin kembali lagi. Mereka serasa pulang kampung.
Sebuah pesan singkat masuk di HP butut Salman Hafiz, 30 tahun. Salah seorang kerabatnya meminta dia untuk menemani salah seorang tamu, perempuan muda dari Swiss. Perempuan itu ingin belajar kerajinan perak. Kerabatnya itu tidak lancar berbahasa Inggris. Salman yang pernah kuliah di jurusan Bahasa Inggris – namun tak selesai – pasti bisa menemani. 

Salman langsung kontak dengan perempuan itu, Fabienne Goldner. Seorang mahasiswi yang sedang liburan ke Indonesia. Dia memilih Lombok. Ketika browsing tentang Lombok, dia melihat tentang kerajinan perak. Dia tertarik untuk belajar. Sambil mengisi liburan panjangnya, rasanya tidak cukup sekadar berkunjung dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya. Fabienne beruntung berkenalan dengan Salman. Salman tahu tempat perajin perak, dan Salman tidak asing dengan kerajinan itu. Sambil melihat cara pembuatan aneka kerajinan, seperti cincin, gelang, mata kalung, Salman menjadi penerjemah. 
Sebenarnya banyak tempat melihat kerajinan perak. Tapi Salman meminta tamunya itu belajar di Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik. Hanya 2 kilometer (km) dari Tetebatu. Pertimbangannya sederhana, Salman kenal dengan perajin itu, dan ini kesempatan baginya mempromosikan Tetebatu. Fabienne setuju. Sambil belajar kerajinan perak, setiap hari dia menikmati berbagai spot menarik di Tetebatu.

Namanya singkat, Bas. Dia mahasiswa pascasarjana antropologi di negaranya, Belanda. Dia mendapat izin penelitian di Indonesia. Melalui supervisor di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dia memilih Lombok. Hasil browsing di internet, pria 29 tahun itu memilih Tetebatu sebagai tempatnya tinggal selama penelitian di Lombok. Padahal lokasi penelitiannya tersebar dari Kuta Lombok Tengah, Senggigi Lombok Barat, dan Gili Trawangan. Penelitiannya ada kaitan tentang pariwisata. 
Bas tidak keliru memilih Tetebatu sebagai tempat bermukim sementara penelitian. Walaupun bolak balik ke Lombok Tengah, bahkan sampai Lombok Barat, dia menyempatkan pulang ke Tetebatu. Selama di Tetebatu dia menginap di salah satu penginapan sederhana milik warga di Orong Gerisak.  Bas selalu rindu kembali ke rumah itu.

“Orang-orang Tetebatu menyenangkan,’’ kata pria murah senyum itu ketika saya temui di Tetebatu.

Bagi Fabienne dan Bas, tinggal di Tetebatu ibarat pulang ke rumah sendiri. Mereka tak berjarak dengan warga setempat. Walaupun mereka wisatawan, warga menganggap mereka bagian dari keluarga. Bas sering diajak menginap ke rumah warga. Begitu juga ketika ada pesta, Bas selalu diundang. Dari sana dia belajar cara hidup orang Lombok. Memakai sarung dan bersila, posisi duduk yang selalu menyiksanya. Tapi keramahan warga itulah yang membuat Bas senang diundang.

Fabienne pulang ke Swiss dengan oleh-oleh cincin perak. Cincin sederhana itu begitu berkesan. Dia sendiri yang membuatnya. Walaupun tidak sehalus cincin buatan perajin, baginya itu sangat memuaskan. Dan itu berkesan sekali baginya. Empat bulan kemudian, Fabienne kembali ke Indonesia. Dia langsung memilih Tetebatu. Kali ini dia membawa ibunya. Udara sejuk Tetebatu cocok bagi ibunya yang sudah tidak muda lagi. Fabienne serasa pulang kampung.

INILAH konsep wisata yang mulai digalakkan para pegiat wisata di Tetebatu dan Kembang Kuning. Wisatawan berinteraksi dengan warga sekitar. Wisatawan menyelami aktivitas warga. Dalam aktivitas tersebut, wisatawan memang tidak merogoh kocek. Tapi mereka betah tinggal di Tetebatu. Itu artinya makin banyak pemasukan bagi penginapan dan warung-warung makan yang mereka singgahi.
Saban hari, Musanif, Ketua Pokdarwis Kembang Kuning mengajak tamunya menyaksikan dari dekat proses pembuatan kopi. Bukan di cafe atau tempat khusus, tapi di halaman rumah warga. Agar rasa kampungnya terasa, dia meminta tamu itu memakai sarung. Tamu perempuan diminta memakai pakaian khas Sasak. Mereka layaknya pengantin. 

Di halaman yang tak terlalu luas, tanpa ada paving itulah para bule itu melihat langsung proses pembutan kopi yang mereka nikmati setiap pagi. Ketika mereka diajak untuk mencoba langsung menggoreng, menumbuk, dan menghaluskan, mereka dengan senang hati mencoba. Saking semangatnya, mereka mencoba semua. Plus langsung memasak air dan menyeduh kopi buatan mereka sendiri. Tawa tak henti-hentinya ketika mereka bercerita tentang pengalaman kepanasan saat menggoreng, tangan yang pegal ketika menumbuk.
“Kita buat mereka nyaman tinggal di Tetebatu,’’ kata Musanif yang sekaligus Manajer Pondok Bulan, sebuah penginapan gaya cottages di Tetebatu.

Fadli, pegiat wisata lainnya juga tidak ragu membawa tamunya masuk sawah. Bahkan para tamu yang diajak itu diminta membuka sepatu. Tidak ada sepatu boot disiapkan. Mereka “dipaksa” untuk nyeker dan masuk ke kubangan lumpur. Mencoba mencabut bibit padi, dan ikut menanam di sawah yang sudah disiapkan.
Kaki yang geli karena kali pertama menginjak lumpur, tangan dan punggung yang pegal lantaran tak terbiasa membungkuk menjadi cerita para bule itu setelah kembali ke penginapan. Tentu saja mereka tak ikut menanam padi hingga tuntas. Sekadar beberapa menit, ada puluhan foto yang tersimpan di dalam memori kamera mereka. Fadli yakin, para tamunya itu akan membagikan foto “unik” itu ke media sosial.
“Cerita dari wisatawan langsung ke temannya cukup efektif untuk promosi,’’ katanya.
Sejalan dengan wisata yang mau hidup, Pokdarwis Tetebatu dan Kembang Kuning membenahi beberapa objek wisata. Sebenarnya objek wisata di Tetebatu tidak menjadi favorit. Ada air terjun, tapi air terjun itu kalah tenar dan kalah indah dibandingkan air terjun lainnya, seperti Benang Stokel, Benang Kelambu, Sendang Gile, dll. Air terjun di Tetebatu paling tinggi hanya 6 meter. 

Air terjun kecil itu memang bukan tempat berlama-lama. Wisatawan hanya sekadar membasahi badan, atau mengikuti jalur hyking. Andalan Tetebatu dari sisi alam adalah hyking keliling desa. 
Sawah yang masih hijau dan luas menjadi daya tarik wisatawan untuk menjelajahinya. Saat perjalanan itulah tamu dibawa ke air terjun. Beberapa air terjun kecil yang ada di Tetebatu adalah Tibu Purit, Tibu Topat, Tetebatu Waterfall. Perjalanan menembus air terjun mini itulah sensasi wisatanya. Melewati pematang sawah dan harus berendam di sungai. Layaknya pecinta alam.

Air terjun dari sungai yang masih alami membuat wisatawan betah berendam. Airnya masih jernih. Tidak ada sampah dan kotoran. Selain itu, suasana sekitar air terjun itu begitu sunyi. 
Karena mulai ramai, jalur menuju air terjun itu diperbaiki. Tapi tetap mempertahankan keasliannya, jalan tanah. Ketika hujan jalan menjadi licin. Tapi tetap saja itu menjadi jualan berkunjung ke air terjun.
Selain air terjun kecil itu, di Desa Jeruk Manis (pemekaran Desa Kembang Kuning) air terjun Jeruk Manis menjadi daya tarik. Berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), pengunjung jalan kaki sekitar 30 menit. Treknya cukup datar. Dinaungi pepohonan, perjalanan dari pintu gerbang menuju air terjung terasa sejuk. 

Belakangan ini ketika pendakian booming, jalur lama menuju Rinjani dari Tetebatu kembali “dihidupkan”. Di era boomingnya pariwisata, banyak wisatawan yang ingin melihat keindahan Danau Segara Anak mengambil jalan pintas dari Tetebatu. Rutenya dari Tetebatu menuju Timbanuh melewati persawahan. Lalu setengah hari perjalanan dari Timbanuh bisa sampai ke titik Pelawangan Timbanuh. Dari atas itulah bisa menikmati keindahan Gunung Baru Jari dan Segara Anak. 
“Tidak direkomendasikan untuk turun ke Segara Anak, terlalu berbahaya,’’ kata Hayyi yang beberapa kali membawa tamu melewati rute Tetebatu – Timbanuh – Pelawangan Timbanuh.
Trek yang dilewati relatif beragam. Dari Tetebatu melewati persawahan. Lalu dari Timbanuh menuju Pelawangan Timbanuh melewati padang ilalang dan hutan yang tak terlalu lebat. Jika dibandingkan rute Sembalun, rute Timbanuh lebih pendek dan lebih landai. 
“Banyak tamu yang hanya sekadar ingin melihat Danau Segara Anak. Pilihannya jalur Tetebatu – Timbanuh,’’ katanya.

Di penginapan-penginapan yang ada di Tetebatu juga memberikan pelayanan ekstra bagi tamunya. Di Pondok Bulan misalnya. Malam hari, para tamu berbaur dengan staf di penginapan tersebut. Mereka membuat api unggun, main gitar dan nyanyi bersama. Bagi pemilik penginapan, tamu yang menginap adalah bagian anggota keluarga. Jika mereka senang, waktu tinggal bisa lebih lama. Boleh saja mereka liburan ke pantai, tapi tetap malam hari akan kembali ke Tetebatu. Mereka pulang kampung.
Bangkitnya Pariwisata Tetebatu
Geliat pariwisata di Tetebatu dan Kembang Kuning mulai bangkit. Digerakkan oleh para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Sadar Pariwisata (Pokdarwis) Tetebatu dan Pokdarwis Kembang Kuning, mereka aktif berpromosi melalui media sosial dan menjalin kerja sama dengan pihak travel. Selain itu, mereka juga aktif menggelar berbagai event, mulai dari pentas seni, peresean, pendakian bersama, dan mengajak langsung wisatawan terlibat dalam berbagai kegiatan masyarakat desa.
“Wisatawan senang dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di kampung,’’ kata pegiat wisata Tetebatu, Fadli.
“Sekadar menggoreng kopi saja, wisatawan asing senang dilibatkan,’’ sambung Ketua Pokdarwis Kembang Kuning, Musanif.
Sempat “tertidur” cukup panjang, kini pariwisata di Tetebatu dan Kembang Kuning boleh dikatakan bangkit kembali. Ini bisa dilihat dari kembali dibukanya beberapa penginapan. Dan yang membuat Fadli dan Musanif senang, wisatawan asing mulai kembali ke Tetebatu dan Kembang Kuning. Kehadiran mereka menjadi sinyal kuat jika pariwisata kembali ke dua desa di kaki Gunung Rinjani ini.
Di era 1990-an, Tetebatu kesohor hingga mancanegara. Wisma Soedjono, salah satu penginapan paling tua, seakan menjadi ikon Tetebatu. Namanya tercatat di dalam buku-buku pegangan pejalan. Ketika booming pariwisata, banyak bermunculan penginapan. Rumah-rumah penduduk disulap menjadi penginapan. Tak melulu penginapan mewah dengan beragam fasilitas, penginapan dari rumah bedek pun diburu. Wisatawan mencari sensasi tinggal di pedesaan. 

Tiap pekan ratusan wisatawan asing mampir ke Tetebatu dan Kembang Kuning. Sekadar melepas penat, dan sebagian menginap. Mereka biasanya meneruskan kunjungan ke sentra kerajinan  Loyok (bambu), Rungkang (gerabah), Pringgasela (tenun), Penakak Masbagik (gerabah). Di Tetebatu dan Kembang Kuning mereka menikmati keindahan alam. Gunung Rinjani terlihat kokoh dari dua desa ini. 
Bahasa Inggris seakan menjadi bahasa kedua di Tetebatu, setelah bahasa Sasak. Itu lantaran banyaknya wisatawan asing yang menginap dan berinteraksi dengan mereka. Tak sedikit juga orang asing yang tinggal cukup lama dan beberapa kembali lagi ke Tetebatu. Mereka betah dengan suasana pedesaan dan keramahan orang Tetebatu.

“Saya sampai diajak keliling Eropa sampai berbulan-bulan,’’ kenang Kusuma Adnan.
Kusuma dulunya guide dan pemilik Bale-Bale Cafe. Jangan tertipu dengan sebutan “cafe”. Pada dasarnya cafe itu adalah halaman rumahnya. Sangat sederhana. Di cafe sederhana itu, Kusuma menyediakan menu lokal, seperti pelecing, ayam bakar, tempe dan tahu goreng. Menariknya, wisatawan bisa langsung melihat dan mencoba memasak. 
“Krisis ekonomi yang pertama kali menghajar pariwisata,’’ kata pria yang kini mejadi guide di Gili Trawangan ini.
Tahun 1997 wisatawan yang berkunjung ke Tetebatu mulai berkurang. Tahun 1998, ketika reformasi bergulir, pariwisata seakan runtuh. Wisatawan yang berkunjung, khususnya wisatawan asing, turun drastis. Kadang dalam beberapa hari tidak ada sama sekali wisatawan. Keamanan menjadi alasan mereka takut ke Indonesia.

Peristiwa bom Bali I dan boma Bali II kembali memukul pariwisata. Dilanjutkan dengan peristiwa 171 di Mataram, membuat rontok pariwisata. Padahal di Tetebatu kondisi aman-aman saja.
“Tapi citra di luar secara keseluruhan Indonesia tidak aman,’’ katanya.
Rontoknya pariwisata itu bisa dilihat dari keberadaan art shop di Desa Loyok. Ketika pariwisata berjaya, sepanjang jalan utama di Desa Loyok, art shop yang menjajajak kerajinan tangan dari bambu berderetan. Tapi begitu pariwisata lesu, art shop itu banyak yang tutup. Begitu juga di Rungkang, perajin gerabah gulung tikar lantaran sepinya orderan.
Di Tetebatu juga kena imbasnya. Banyak penginapan yang dulunya berjaya, hidup kembang kempis. Rumah makan tutup. Penginapan-penginapan terpaksa merumahkan karyawan mereka lantaran sepinya tamu. Banyak pemuda yang akhirnya memilih merantau ke Malaysia atau Kalimantan. Kusuma sendiri merasakan dampaknya, Bale-Bale Cafe tutup cukup lama.
“Sekarang ada harapan,’’  kata Kusuma yang kembali membangun sekaligus mulai membenahi Bale-Bale Cafe.
Harapan itu juga dirasakan Salman Hafiz, pengelola Lesehan Cahaya Tetebatu. Satu-satunya lesehan yang refresentatif di Desa Tetebatu dan Desa Kembang Kuning ini dibangun lantaran prediksi kebangkitan kembali pariwisata Tetebatu. Setiap pekan, tamu yang singgah mencicipi ikan bakar khas Tetebatu singgah di lesehatan tersebut. Wisatawan lokal pun demikian, mereka ramai-ramai liburan ke Tetebatu dan singgah mengganjal perut di Lesehan Cahaya Tetebatu.
“Pariwisata menggerakkan sektor ekonomi masyarakat,’’ katanya.
Salman yang lahir dan besar di Tetebatu merasakan ketika pariwisata booming dan terpuruk. Ketika booming, cukup mudah bagi remaja Tetebatu untuk mencari uang belanja. Mereka menjadi guide, menemani wisatawan jalan-jalan di sekitar Tetebatu. Anak-anak bisa mandiri bersekolah. Mereka tak perlu repot minta uang jajan ke orang tua. Salman juga merasakan ketika pariwisata lesu. 
“Banyak yang lari ke Malaysia,’’ ujarnya.

Ketika pariwisata kembali bangkit, Salman kembali bergairah. Dia aktif mempromosikan pariwisata Tetebatu melalui media sosial. Hidup di zaman serba internet, potensi terbesar promosi adalah melalui media sosial. Terbukti cara ini ampuh. Banyak wisatawan yang secara pribadi kemudian menghubungi Salman. Memintanya menjadi guide.
“Saya pernah menemani orang Belanda sampai tiga bulan. Dia penelitian sambil liburan juga,’’ katanya.
Pernah menjadi wartawan media elektronik dan cetak, Salman banyak tahu tempat wisata di Lombok. Begitu juga sentra kerajinan khas Lombok. Dalam sebulan terakhir dia menjadi guide wisatawan dari Swiss yang belajar kerajinan perak.
“Kemana pun saya temani liburan, pokoknya pulang menginap di Tetebatu,’’ katanya. (*)

Gendang Beleq

Gendang Beleq. Disebut gendang beleq karena salah satu alat musiknya adalah gendang beleq (gendang besar). Okestra ini terdiri atas 2 buah yaitu:

Gendang mame (laki-laki).
Gendang nine (perempuan)
Keduanya berfungsi sebagai pembawa dinamika. Kemudian peralatan yang lainnya adalah :

Sebuah Gendang Kodeq (Gendang Kecil),
Dua Buah Reong Yang Terdiri Dari Reongmama Dan Reong Nina Berfungsisebagai Pembawa Melodi,
Sebuah Perebak Beleq Yang Berfungsi Sebagai Alat Ritmis,
Delapan Buah Perebak Kodeq,Disebut Juga “Copek”, Berfungsisebagai Alat Ritmis,
Sebuah Petuk Sebagai Alat Ritmis,
Sebuah Gong Besar Sebagai Alat Ritmis,
Sebuah Gong Penyentak Sebagai Alat Ritmis,
Sebuah Gong Oncer Sebagai Alat Ritmis, Dan
Dua Buah Bendera Merah Atau Kuning Yang Disebut Lelontek.
Gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedangkan kalau perang berfungsi sebagai komandan perang, sedangkan copek jadi prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, di sini payung agung akan digunakan. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perkawinan. Gendang beleq dapat dimainkan dengan berjalan atau duduk. Komposisi berjalanmempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. Pada waktu dimainkan pembawa gendang beleqakan memainkannya sambil menari. Dikutip dari Lombok.Biz

Selasa, 20 September 2016

Mempertaruhkan Nyawa Demi Air Bersih

Kisah pilu datang dari bagian timur pulau Lombok, terdapat sebuah dusun kecil  yang memiliki Kurang Lebih 30 kepala keluarga, bertempat di Dusun Ketangga, Desa Sekaroh Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.Seperti yang dikutip dari Lomboksecretstour.com

Sabtu pagi 17/09/2016, Sekilas tampak masyarakat dusun ini melakukan aktivitas pada umumnya seperti  berkebun, berternak yang dilakukan oleh kepala keluarga dan kegiatan masak memasak yang dilakukan oleh istri  dan anak-anak yang bergegas menuntut ilmu di sekolah yang cukup jauh jaraknya. Dusun ini juga belum sama sekali tersentuh dengan aliran listrik, normalnya listrik merupakan kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat.

Pada siang itu Pak Sumi (64 Tahun) salah satu warga dusun ketangga beserta rekannya bergegas berjalan serta mimikul 2 buah ember untuk berjalan menuju arah tebing laut lepas pantai selatan beberapa kilometer guna mencari air bersih untuk kebutuhan air minum, mandi, masak,  mencuci dan wudhu.
  
Perjalanan pak sumi dan rekan beliau tidak begitu mulus menuju pusat air yang berada di tebing tersebut, beberapa kilometer berupa jalan landai dan selanjutnya menanjak ketempat tersebut. Setibanya di lokasi, nampak sebuah tangga yang terbuat dari tali berpijakan kayu yang bergelantungaan kebawah tebing sekitar 20 Meter lebih, dibawah tebing nampak sebuah wadah bebentuk sumur yang dibuat menggunakan semen dan batu-bata untuk menampung air yang menetes dari tebing. Semua itu dibuat oleh pak sumi dan rekannya guna mengambil air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak beberapa lama pak sumi pun turun perlahan-lahan menginjak tangga tali dan kayu menuju arah bawah tebing, tidak ada pengaman satupun yang digunakan pada tubuh pak sumi, angin kencang terasa dibawah tebing serta tanah tebing yang lembab sewaktu-waktu bisa membuat pak sumi terjatuh. Setibanya dibawah, pak sumi pun harus memastikan didalam wadah tersebut tidak ada tercapur air laut, kalo pun ada pak sumi terpaksa menguras wadah tersebut menggukan ember agar air tidak terasa asin. Pada tanggal 15-18 setiap bulannya ombak besar sering menghantam tempat tersebut, karna itu terkadang pak sumi harus bersusah payah menguras air yang masuk. Pak Sumi akan merasakan beruntung jika pada saat Pak Sumi berada dibawah tidak mendapatkan adanya air laut yang tercampur di wadah tersebut, sehingga pak sumi tidak perlu menunggu lama lagi agar ember dan tong air terisi penuh.

Setelah memastikan, rekan pak sumi menurunkan ember menggunakan kerekan timba yang dibuat secara bersama-sama. Pak sumi yang telah berada dibawah memasukkan air ke ember, lalu rekan pak sumi menarik dari atas tebing.  Setelah ember telah terisi penuh, pak sumi perlahan kembali menuju atas tebing. Kemudian di lanjutkan memikul ember menggunakan kayu dengan beban keseluruhan 50 kilogram, selain menahan beban yang berat pak sumi dan rekannya harus berjalan menuju dusunnya yang jauh tanpa menggunakan alas kaki dengan kondisi jalan menanjak dan panasnya terik matahari membakar kulit, dalam perjalanan menuju dusun pak sumi sering beristirahat untuk mengumpulakan tenaga dan melanjutkan kembali memikul air menuju dusunya.

Kegiatan tersebut sudah digelutin pak sumi selama 15 tahun dan setiap harinya mengambil air dan menuruni tebing 3 sampai 4 kali. Jika musim kemarau panjang datang pak sumi bisa melakukan hal tersebut puluhan kali untuk kebutuhan minum ternak.
Hasil wawancara Team Lombok 1000 Share Kepada Bapak Sumi

Apakah pernah mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah ?

 “Saya sering mendengar pemerintah membagikan air bersih , namun air bersih tersebut tidak pernah sampai di dusun kami, bahkan “setetespun” saya tidak pernah meminum airnya, bantuan justru kerap kali diberikan oleh warga asing yang pernah berkunjung”.

Sekiranya pak sumi diberi bantuan, apa yang ingin bapak minta ?

Pak sumi dengan polos menjawab “ jika air bersih kami tidak dapat, setidaknya diberikan bantuan semen dan besi, untuk meninggikan bangunan yang berada di tebing tersebut agar lebih banyak menampung air “ ujarnya.
Fakta Unik, Mengapa Anda Harus Mengunjungi Dusun Ketangga ?

Tahukah Anda ! Air yang di tampung oleh warga bukan bersumber dari mata air yang memiliki debit air besar, warga sekitar harus menunggu hingga 15 menit air penuh dengan ukuran ember cat 25 kilogram penuh.

Tahukah Anda ! setelah kami mencicipi rasa dan meminumnya, air yang berasal dari bawah tebing terasa hampir mirip seperti air Zamzam yang pernah kami rasakan sebelumnya, Apakah kandungan mineral atau faktor lain pada air tersebut yang membuat rasa hampir mirip seperti air Zamzam, kami belum menyelidiki lebih jauh kandungan air tersebut.

Tahukah Anda ! menuju ke Dusun Ketangga, Desa Sekaroh Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, searah menuju Lokasi Wisata Pantai Pink Lombok jalur darat, Jadi buat anda yang akan berlibur ke pantai pink kami menyarankan anda untuk Mendonasikan / Menyumbangakn sebagian harta untuk dusun Ketangga.

Minggu, 18 September 2016

Air Terjun Sekeper, Air Terjun Tertinggi di Pulau Lombok

Air Terjun Sekeper
Lombok, kamu sedang berada di pulau dengan julukan “Pulau Seribu Masjid”? Kalau iya, wajib nih, menjelajah keindahan-keindahan yang tersembunyi di Pulau Lombok. Jika berwisata ke pantai mungkin sudah terlalu mainstream, kamu bisa merasakan sensasi berpetualang di Lombok, guys!

Nah, jika kamu gemar berpetualang dan menjelajah alam, berwisata ke air terjun pasti cocok untukmu. Selain mencoba menaklukan alam dalam perjalanannya, kamu pun akan disuguhi kesejukan dan keasrian alam lewat percikan air yang bertemu padu di daun atau pun bebatuan.

Selain air terjun populer seperti Air Terjun Tiu Teja, Air Terjun Batu Apeq dan Air Terjun Tiu Bombong, di hutan Santong, Lombok, masih ada lagi air terjun yang pesonanya dapat membuat kamu menganga. Namanya adalah Air Terjun Sekeper. Air terjun dengan ketinggian 110 m ini merupakan air terjun tertinggi yang ada di Pulau Lombok.

Derasnya air yang mengalir dari ketinggian 110 m, akan menciptakan sensasi kesejukan yang luar biasa. Selain itu, pemandangan hijau dan suasana tenang akan segera merefresh otak kamu untuk sekejap melupakan hiruk pikuk dan bisingnya kota. Polusi, jelas-jelas tidak akan kamu temukan di sini, yang ada hanyalah aroma segar dedaunan yang menguap setelah basah oleh percikan air.

Jika kamu penasaran, langsung saja datang ke Desa Weker, Desa Santong, Kecamatan Kanyangan, Kabupaten Lombok Utara, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Air Terjun Sekeper, terletak di atas (hulu) Air Terjun Tiu Teja. Memang letaknya jauh dari Pusat Kota Mataram, sekitar empat jam perjalanan. Dua jam pertama digunakan untuk mencapai pelataran parkir lokasi Air Terjun Tiu Teja dengan menggunakan kendaraan.  Untuk mencapai lokasi Air Terjun Tiu Teja itu sendiri, kamu dapat menggunakan kendaraan roda dua atau empat dengan rute Mataram – Gunung Sari – Pusuk – Pemenang – Tanjung – Godang – Ledang – Santong.

Fotografer : Nandy Fahmi

Bukit Pergasingan Sembalun, Puncak Terbaik Lombok yang Tak Kalah dengan Rinjani

bukit pergasingan
Tak ada yang tak menarik dari Lombok! Tentang Gunung Rinjani yang menjadi salah satu gunung impian para pendaki. Tentang wisata pantai Lombok yang semakin jauh meninggalkan Bali. Tentang desa-desa tradisional yang disulap menjadi tempat wisata karena keunikannya. Atau tentang kulinernya yang membuat siapa saja penikmatnya akan selalu mengingat-ingat Lombok.

Satu hal lagi tentang Lombok, yakni tentang Bukit Pergasingan. Dari sisi keindahan jika dibandingkan dengan Gunung Rinjani, Bukit Pergasingan tak kalah cantik. Dari sisi ketinggian, perjalanan Bukit Pergasingan relatif lebih singkat. Hanya setinggi 1.670 mdpl yang hampir mencapai dua kali lipat dari Gunung Rinjani 3726 mdpl. Dari puncak Bukit Pergasingan, barisan petak-petak sawah tertata rapi terlihat berwarna-warni. Sawah yang fungsinya pun sama dengan sawah-sawah yang tak jauh dari rumah kita. Tapi pemandangan sawah di Bukit Pergasingan terlihat sangat menawan. Memandang ke depan, pemandangan hijau 180 derajat siap menyambutmu untuk senantiasa bersyukur. Tangga setinggi 105 dengan kemiringan 70 derajat menjadi babak rintangan pertama yang harus kamu tempuh.Seperti yang di kutip dari Phinemo.

Apakah jauh-jauh pergi ke Lombok hanya untuk melihat petakan sawah?, ini menjadi bagian dari pertanyaanmu kepada para pejalan yang pernah menjejakkan kaki di sini?

Mungkin pemandangan petak sawah di dekat rumahmu bisa lebih cantik dari pada Bukit Pergasingan. Tapi, suatu tempat tak akan pernah memberikan rasa sama. Selalu ada aromatik dan cerita berbeda dari kunjungan kita ke suatu tempat.

Pantai Tanjung Bloam

Tanjung Bloam Lombok
Bosan dengan nuansa pantai dan view alam yang itu itu saja? Yuk jejakkan kaki di bagian selatan pulau Lombok dan dapatkan beberapa spot keindahan alam yang terlupakan disini. Salah satu diantara deretan deretan pantai yang masih tak tersentuh itu ada pantai Tanjung Bloam, sebuah pantai nan eksotik yang masih bertetangga dengan pantai Kaliantan dan pantai Tanjung Ringgit yang mungkin sering anda dengar. Seperti yang di kutip Wisata Lombok

Tanjung Bloam lebih dikenal sebagai wilayah konservasi penyu dengan habitatnya yang berada di sepanjang garis pantai yang memanjang dari ujung selatan sampai ujung utara. Selain penyu, Pantai Tanjung Bloam memiliki keindahan alam yang begitu alami dan hampir terlupakan oleh para wisatawan. Begitu tiba di pantai ini, anda akan disuguhkan dengan hamparan pasir putih yang begitu lembut dan air laut yang jernih membiru. Panorama keindahan alam di tempat ini sesekali akan diselingi oleh hilir mudiknya para nelayan yang mencari ikan dengan perahu-perahu kecil mereka.

Daya tarik pantai ini lebih menonjolkan panorama batuan cadas yang begitu menakjubkan seperti lukisan seorang pelukis ulung yang tak ternilai harganya. Dua buah tebing batuan cadas yang mengapit Tanjung Bloam ini memang sangat eksotis, pada sisi kirinya akan terlihat sebuah tebing berbentuk bakpao, dan di sisi kanannya akan anda lihat sebuah tebing cadas tak beraturan yang menjorok ke pantainya. Warna batuan di tebing yang kuning keemasan dengan corak corak hitam tak beraturan menjadikannya terlihat begitu kontrak dan warna dasar pantai yang membiru.

Keindahan Tanjung Bloam sedikit mirip dengan pantai Tanjung Ringgit yang bertekstur alam yang dikelilingi bukit bukit berbatu. Bagi pemburu spot photography, pantai Tanjung Bloam adalah tempat yang luar biasa untuk di jelajah. Telusuri lah pesisir pantainya dan temukan spot yang bagus dengan angle-angle yang begitu menakjubkan untuk di abadikan dengan bidikan camera.
Keindahan pantai dengan nuansa alam yang lain akan semakin banyak anda lihat jika sedikit berusaha naik ke atas bukit batu. Dari sudut ini anda akan melihat hamparan pantai yang begitu mempesona. Berfoto dengan latar tebing dan batuan cadas yang di pantai Tanjung Bloam akan menjadi memory yang sulit untuk dilupakan. Ombak di pantai Tanjung Bloam tergolong dalam kategori ombak yang sedikit besar. Jika tidak ingin terbawa arus, sebaiknya bersantai saja di pesisir pantai sambil menikmati keindahan sekitarnya.

Fotografer: Nandy Fahmi

Pantai Semeti Lombok Tengah

Pantai semeti lombok
Kecantikan dan keelokan pulau Lombok di mata dunia mampu menembus urutan kedua tujuan pariwisata terbaik kedua setelah Cina. Tidak terelakkan lagi, Lombok menjadi tujuan utama para Wisatawan Mancanegara. Hal ini di samapaikan langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat H. Lalu M Faozal S.Sos,MSi di sela sela Penutupan Bulan Budaya Lombok Sumbawa (BBLS) 2016 (16/09/2016) di Pantai Senggigi.

Termasuk salah satu pantai cantik yang ada di Lombok itu adalah Pantai Semeti. Pantai Semeti adalah salah satu dari ratusan tempat wisata yang ada di Lombok. Pantai ini bersebelahan langsung dengan Pantai Mawi - Lombok Tengah. Pantai Semeti adalah salah satu gili yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah provinsi Nusa Tenggara Barat, di gili inilah ribuan surga-surga kecil dihempaskan oleh indahnya tangan Tuhan, salah satu dari sekian banyaknya surga-surga kecil itu bisa anda nikmati di pesisir pantai ini. Perjalanan menuju pantai ini cukup menguras tenaga,karena harus melewati jalan setapak yang berbatuan.

Semeti nama pantai di sebelah tenggara pulau Lombok ini. Memang cukup sulit untuk ditemukan. Tersembunyi di balik jejeran perbukitan menghijau daerah Selong Belanak yang eksotis. Membutuhkan waktu tempuh 2 jam perjalanan dari Senggigi untuk membuktikan keindahannya yang elok tersebut.

Kondisi jalan yang rusak parah bukanlah suatu halangan untuk menikmati keindahan yang memukau mata, bersemangatlah jangan menyerah karena di depan sana pantai yang indah akan menyambut kedatangan anda dengan ramah.

Pantai semeti adalah pantai berpasir putih sama seperti Pantai Kuta Lombok, namun ada beberapa yang membedakan pantai ini dengan pantai lainnya di Pulau Lombok diantaranya adalah bebatuan karang dan birunya air laut menjadi salah satu daya pikat bagi para wisatawan lokal maupun asing.

Di pantai ini terdapat hamparan batu karang yang luas membuat kita akan berlama-lama karena kita akan fokus mencari binatang-binatang laut yang tersesat di antara batu karang tersebut. Selain itu pantai ini juga sangat bagus dijadikan sebagai obyek fotografi atau sebagai latar belakang bagi anda yang narsis.

Pantai Semeti terletak di kawasan Selong Belanak. Di kawasan ini terdapat pantai-pantai indah lainnya antara lain Pantai Selong Belanak sendiri, Pantai Mawun, Pantai Ruwuk dan Pantai Mawi. Sekumpulan pantai yang indah yang merupakan sebagian kecil pantai-pantai di Lombok. Jika pantai Mawi penuh dengan para peselancar. maka Semeti penuh dengan keheningan. beberapa Nelayan itu de ketahui berasal dari daerah Kuta, jadi sejatinya pantai ini benar-benar sepi. Sangat cocok untuk bersantai seharian.

Fotografer: Nandi Fahmi