Minggu, 02 Juli 2017

EVENT LEBARAN TOPAT SEBAGAI DONGKRAK PARIWISATA

Tampak Gunungang ketupat menghiasi acara Event Lebaran Topat
salah satu  tradisi adat sasak
Lobar, lGeoNews.  Sebelum menuju puncak acara Lebaran Topat yang berlokasi di Pantai Duduk Batulayar, Lombok Barat, Bupati Lobar,H.Fauzan Khalid terlebih dahulu  melakukan Ziarah dan zikir di makam Batu Layar.

Usai melakukan Zikir,Bupati  dan rombongan berjalan menuju  pusat lebaran topat yang berjarak dari Makam ke lokasi acara sekitar 200 meter. 

Iring-iringan bupati dikawal oleh puluhan tokoh agama, para pejabat, kesenian cupak gurantang, dan topat agung.

Di lokasi pantai Duduk sendiri sejak pagi harinya (Minggu,2/07/17) masyarakat sudah berkumpul menanti acara dimulai. Ibu-ibu terlihat mempersiapkan dulang sesaji. Sembari menanti, warga dihibur dengan kesenian seperti lagu cilokaq sasak islami dan hadrah dari salah satu ponpes di gunungsari.

Tak lama berselang, bupati dan rombongan tiba di lokasi acara. Saat memasuki gerbang, bupati dikalungkan selendang hijau oleh toga setempat. Setelah itu bupati dan rombongan menempati podium kehormatan. Sebelum acara dimulai, para tamu disuguhkan tari-tarian islami dan  rudat. 

Sementara itu ketua Panita penyelenggara, Ispan Junaidi dalam laporannya menjelaskan, kegiatan lebaran topat ini dimulai dengan prosesi nyekar makam. Para tamu termasuk bupati menggunakan cidomo menuju makam. Digunakannya cidomo, ujar Ispan, untuk mengingat kembali para leluhur dulu yang dari berbagai kabupaten datang ke batu layar menggunakan cidomo saat lebaran topat.
Ia jg mengatakan, kegiatan ini dihajatkan untuk menaikkan angka kunjungan wisatawan ke Lobar.

"Tahun kemarin alhamdulillah tidak ada yang low season," ujar kadis Pariwisata Lobar tersebut.

Ispan juga mengatakan lebaran topat ini merupakan salah satu event untuk menggerakkan halal tourism destination.

Ditempat yang sama,Bupati Lobar, H. Fauzan Khalid dalam sambutannya mengatakan, ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam setiap lebaran topat. Pertama, ujarnya, secara internal Lobar punya kewajiban memelihara tradisi turun temurun ini. Dalam tradisi ini tertanam nilai keagamaan yang dibungkus dengan nilai budaya. 

"Mudahan kedepannya pelaksanaan lebaran topat ini bisa ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya," ujar bupati.

Yang kedua, lanjutnya, event lebaran topat adalah momen untuk memperkenalkan budaya Lobar yg sangat familiar dengan nilai2 budaya dan keagamaan di Lombok Barat.

"Mudahan ini bisa jadi contoh untuk meningkatkan nilai2 silaturahmi di Lombok Barat," harapnya.

Event lebaran topat dan perang topat dijelaskan bupati merupakan budaya adiluhung masyarakat Lobar yang bisa dicontoh masyarakat luar, di mana di dalamnya terdapat nilai2 kebhinekaan.

"Hanya dengan silaturahmi akan timbul kebersamaan, dari kebersamaan bisa timbul gotong royong untuk membangun masyarakat agar semakin maju," pungkasnya.

Acara seremonial ini diakhiri pembacaan doa oleh TGH Ahmad Hanafi yg kemudian dilanjutkan pemotongan ketupat agung oleh Bupati H. Fauzan Khalid.(ft/hm)                        

Tokoh Adat Sasak Lestarikan kembali Budaya Sasak

Ketua Dewan Kesenian Lombok Tengah,Lalu Sahibi
Mataram, lGeoNews. Dalam adat sasak terdapat istilah pengampuan atau penegakan. Dimana proses pengapuan ini dilakukan apabila seorang putri keturunan bangsawan sasak menikah dengan laki - laki yang bukan bangsawan sasak terutama yang dari luar suku sasak.

Menurut keterangan Drs. Lalu Nuruddin Muzakir, salah seorang tokoh bangsawan Sasak Lombok Tengah, mengatakan hal tersebut (pengampuan,red) dilakukan guna menghindari terjadinya permasalahan  akibat dari perbedaan kasta diantara keduanya.

"Proses pengampuan itu dilakukan atas persetujuan keluarga dan jika tidak dilakukan akan terjadi sesuatu yang kurang bagus terhadap keluarga," ujarnya kepada wartawan di Mataram,(Sabtu,01/07/17).

Terkait dengan tidak adanya bukti tertulis terhadap kesepakatan atau persetujuan terhadap  keputusan prosesi pengampuan tersebut,Ketua Dewan kesenian Lombok Tengah,Lalu Sahibi memaparkan bahwa sejak dahulu segala bentuk keputusan yang telah disepakati antara tokoh adat,tokoh masyarakat dan tokoh agama menjadi keputusan yang secara langsung dipatuhi oleh masyarakat.

Hal tersebut merupakan budaya adat sasak yang harus terus dilestarikan. Kedepannya akan diupayakan mencakup lebih luas lagi budaya adat sasak lainnya.

"Apapun yang menjadi kesepakatan antara tokoh adat,tokoh agama,dan tokoh masyarakat menjadi keputusan bersama yang tentunya disepakati pula oleh semua masyarakat," paparnya.

Sementara ditempat yang sama,Ketua Laskar Sasak,Lalu Taharudin mengatakan Laskar Sasak hadir   sebagai penengah apabila didalam prosesi terdapat perbedaan pendapat atau pandangan antara tokoh adat dan tokoh agama.  (ft)