Seratusan penyandang tunanetra se-Nusra mendapatkan pelatihan komputer selama enam hari. Pelatihan ini diselenggarakan hingga tanggal 8 Oktober di Narmada Convention Hall.
Pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan skill mengakses informasi dari internet. Hal ini ditujukan untuk menunjang kemandirian hidup, termasuk dalam kewirausahaan.
Pelatihan diselenggarakan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) dan Yayasan Samara Lombok. Yayasan ini aktif memberikan bantuan pada kegiatan pengembangan masyarakat di Lombok.
Penanggungjawab pelatihan yang juga Ketua III DPP Pertuni Tri Bagyo mengatakan dalam sepuluh tahun terakhir, Pertuni telah menyelenggarakan serangkaian pelatihan computer di beberapa kota,hal ini dimaksudkan untuk menjangkau lebih banyak lagi tuna netra di seluruh Indonesia. Nurutnya pada pelatihan kali ini, peserta diberikan materi kewirausahaan melalui media online dan diharapkan setelah pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan computer. Komputer yang digunakan oleh tunanetra sama dengan computer pada umumnya. Perbedaannya, komputer tersebut ditambahkan perangkat lunak pembaca layar yang dapat mengkonversi tulisan pada layar monitor menjadi suara. Sehingga tunanetra dapat mengaksesnya melalui pendengaran.
“Dengan dibimbing oleh para instruktur yang juga merupakan tunanetra, materi pelatihan akan berjalan dengan 25% teori dan 75% praktik. Materi yang disampaikan terdiri dari pengenalan hardware, pengetikan dengan Microsoft Word, pencetakan (printing), hingga akses internet,” jelasnya.
Melalui pelatihan komputer ini, ia berharap, semakin banyak tunanetra yang memiliki keterampilan mengoperasikan komputer secara efektif. Selanjutnya, tunanetra dapat memiliki peluang lebih luas untuk berinteraksi dalam masyarakat, termasuk dalam memperoleh pekerjaan.
Dimas, instruktur pelatihan computer yang juga tuna netra mengatakan, perlu waktu bertahap untuk belajar computer. Berdasarkan pengalamannya, perlu waktu sebulan untuk mengenal huruf keyboard. Sementara untuk menulis, ia peru waktu tiga bulan setelah mengenal huruf. “Huruf yang diketik kemudian dikonversi menjadi suara. Sehingga bisa dipahami,” pungkasnya.(Amr/Sn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar