Rabu, 05 Oktober 2016

Siswa SMPN 4 Satap Suela belajar didalam Kandang

SMPN 4 Satap Suela
Potret minimnya fasilitas pendidikan kembali terlihat dalam kehidupan masyarakat NTB. Kali ini SD-SMP Satap 4 Desa Mekarsari Lombok Timur menjadi alarm pemanggil agar Pemerintah secepatnya memfasilitasi pembangunan sekolah yang layak dan nyaman bagi pelajar. Saat ini mereka belajar hanya dengan beratap terpal dan berdinding dari daun kelapa.

‎Terletak di tengah ladang warga yang hanya dinding sekolah menggunakan pelepah daun kelapa dan atapnya menggunakan terpal. Tak ayal sekolah akan banjir ketika musim hujan dan sengatan panas ketika musim kemarau.

Bangunan sekolah SMPN 4 Satap Suela Desa Mekarsari Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur yang berdiri sejak Tahun 2012 ini Tidak Layak Pakai/Kekurangan Ruangan Belajar  Karena Masih Menggunakan Pagar Seadanya.

Kendati demikian siswa siswinya tetap semangat dan tidak pantan mundur untuk belajar. Justru dengan keadaan saat ini mereka tetap saling dukung, bahu membahu satu sama lain. Sehingga mengharuskan mereka menikah di usia dini. Atas dasar Itu dibentuklah Smp yang berlokasi di bekas SD 6 Prigi ini sehingga disebut SD SMP Satap 4.

“Untuk mendaptkan pendidikan yang layak,orang tua siswa/siswi terkendala ekonomi dan jauhnya lokasi sekolah. Mereka harus menempuh perjalanan kaki hingga 2km baru bisa mengenyam pendidikan di sekolah yang lebih layak. Hal inilah yang mendorong orang tua murid untuk tetep menyekolahkan anaknya disini. Walau beratapkan terpal dan berdindingkan daun kelapa siswa dan siswi tetap semangat menuntut ilmu. Terkadang kami kasihan sama anak anak belajar ditempat yang tidak selayaknya mereka tempati”. Tapi mau gemana lagi ujarnya bapak Muhammad Sobirin,selaku Kepala Smp Satap 4 Perigi.

Meski sekolah tersebut beratap terpal namun semangat siswa dalam belajar tetap mengepal, bahkan para guru tidak surut tekadnya untuk mengajar meskipun mendapat imbalan dengan hasil yang tak wajar,hanya Rp.225.000 pertiga bulan.

“Sampai hari ini saya dan teman teman guru yang lain bertahan di sekolah ini bukan karena apa,tapi karena terpanggil untuk memebrikan pengetahuan dan pendidikan yang layak kepada adek adek kami agak kelak menjadi anak yang di banggakan oleh nusa bangsa dan orang tua pada hususnya. KAlau masalah gaji memang masih jauh, untuk membeli sabun mandi saja tidak cukup. Tapi kami ihlas untuk kebaikan masa depan adek adek kami, mungkin disini gaji kami sedikit tapi Insya Allah pasti ada rizki lain yang sudah di siapkan oleh Allah” Susnia Susilawati,salah satu guru honorer yang mengabdi.

Kalaupun sekolah itu masih berdiri seadanya, itu semata hanya disokong harapan warga akan masa depan anaknya. Bukan hanya dalam hal pendidikannya saja. SMP tersebut memberi dampak positif bagi warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar